Renungan Hikmah

Betapa Maha Sayangnya Dia pada Kita!

Saat kau bangun pagi hari......, AKU memandangmu dan mengharap engkau akan berbicara kepada-KU...., walaupun hanya sepatah kata meminta kepada-KU atau bersyukur kepada-KU atas sesuatu hal yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin...

Tetapi.... AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja......
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap......, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan  menyapa-KU......., tetapi engkau tetap sibuk.........

Di satu tempat engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun......
Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu......., AKU harap engkau akan berbicara pada-KU tetapi engkau berlari ke telepon dan menghubungi seorang teman mendengarkan kabar terbaru.......

AKU....., melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari...., dengan semua kegiatanmu AKU berpikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepada-KU.......

Sebelum makan siang...., AKU melihatmu memandang sekelilingmu, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-KU...., itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu......

Engkau memandang tiga atau empat meja disekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama-KU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU berikan....., tetapi engkau tidak melakukannya......

Masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepada-KU......, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang kau harus kerjakan.......

Setelah tugasmu selesai......, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya...., tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan.......

Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu...., tetapi kembali kau tidak berbicara kepada-KU.......

Saat tidur......, KU-pikir kau merasa terlalu lelah......
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu....., kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tanpa sepatah katapun nama-KU kau sebut.........
Engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu........

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari........
AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain......

AKU sangat menyayangimu......, setiap hari AKU menanti sepatah kata..., doa..., pikiran atau rasa syukur dari hatimu.....

Keesokan harinya......, engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti denga penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberi sedikit waktu untuk menyapa-KU......., tapi yang KU-tunggui......, tak kunjung tiba......, tak juga kau menyapa-KU........

Subuh....., Dzuhur......, Ashyar......, Magrib......, Isya dan Subuh kembali......, kau masih mengacuhkan AKU...... tak sepatah pun kata...., tak seucap doa dan tak ada rasa......, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-KU........

APA SALAH-KU PADAMU........, WAHAI HAMBA-KU........????
Rezki yang KU-limpahkan, kesehatan yang KU-berikan, harta yang KU-relakan, makanan yang KU-hidangkan, anak-anak yang KU-rahmatkan......, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada-KU........????

Percayalah......, AKU selalu mengasihimu...... dan.....AKU tetap mengharap suatu saat engkau akan menyapa-KU....., memohon perlindungan-KU......., bersujud menghadap-KU......, yang selalu menyertaimu setiap saat.......

Subhanallah... Betapa sayangnya Allah pada Kita. Tidak banyak yang Dia minta pada umat-Nya, Syukuri nikmat-Nya, dan Ingatlah Dia dengan Ibadah!



Allah memberitahukan kita bahwa dalam setiap peristiwa yang Dia ciptakan terdapat kebaikan di dalamnya. Ini merupakan rahasia lain yang menjadikan mudah bagi orang-orang yang beriman untuk bertawakal kepada Allah. Allah menyatakan, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang tampaknya tidak menyenangkan terdapat kebaikan di dalamnya:

"Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Q.s. an-Nisa': 19).

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.s. al-Baqarah: 216).

Dengan memahami rahasia ini, orang-orang yang beriman menjumpai kebaikan dan keindahan dalam setiap peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang sulit tidak membuat mereka merasa gentar dan khawatir. Mereka tetap tenang ketika menghadapi penderitaan yang ringan maupun berat. Orang-orang Muslim yang ikhlas bahkan melihat kebaikan dan hikmah Ilahi ketika mereka kehilangan seluruh harta benda mereka. 

Mereka tetap bersyukur kepada Allah yang telah mengkaruniakan kehidupan. Mereka yakin bahwa dengan kehilangan harta tersebut Allah sedang melindungi mereka dari perbuatan maksiat atau agar hatinya tidak terpaut dengan harta benda. Untuk itu, mereka bersyukur dengan sedalam-dalamnya kepada Allah karena kerugian di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerugian di akhirat. 

Kerugian di akhirat artinya azab yang kekal abadi dan sangat pedih. Orang-orang yang tetap sibuk mengingat akhirat melihat setiap peristiwa sebagai kebaikan dan keindahan untuk menuju kehidupan akhirat. Orang-orang yang bersabar dengan penderitaan yang dialaminya akan menyadari bahwa dirinya sangat lemah di hadapan Allah, dan akan menyadari betapa mereka sangat memerlukan Dia. 

Mereka akan berpaling kepada Allah dengan lebih berendah diri dalam doa-doa mereka, dan dzikir mereka akan semakin mendekatkan diri mereka kepada-Nya. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat bagi kehidupan akhirat seseorang. Dengan bertawakal sepenuhnya kepada Allah dan dengan menunjukkan kesabaran, mereka akan memperoleh ridha Allah dan akan memperoleh pahala berupa kebahagiaan abadi.


Manusia harus mencari kebaikan dan keindahan tidak saja dalam penderitaan, tetapi juga dalam peristiwa sehari-hari. Misalnya, masakan yang dimasak dengan susah payah ternyata hangus, dengan kehendak Allah, mungkin akan bermanfaat menjauhkan dari madharat kelak di kemudian hari. Seseorang mungkin tidak diterima dalam ujian masuk perguruan tinggi untuk menggapai harapannya pada masa depan. Bagaimanapun, hendaknya ia mengetahui bahwa terdapat kebaikan dalam kegagalannya ini. Demikian pula hendaknya ia dapat berpikir bahwa barangkali Allah menghendaki dirinya agar terhindar dari situasi yang sulit, sehingga ia tetap merasa senang dengan kejadian itu. 

Dengan berpikir bahwa Allah telah menempatkan berbagai rahmat dalam setiap peristiwa, baik yang terlihat maupun yang tidak, orang-orang yang beriman melihat keindahan dalam bertawakal mengharapkan bimbingan Allah.

Seseorang mungkin tidak selalu melihat kebaikan dan hikmah Ilahi di balik setiap peristiwa. Sekalipun demikian ia mengetahui dengan pasti bahwa terdapat kebaikan dalam setiap peristiwa. Ia memanjatkan doa kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya kebaikan dan hikmah Ilahi di balik segala sesuatu yang terjadi.

Orang-orang yang menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki tujuan tidak pernah mengucapkan kata-kata, "Seandainya saya tidak melakukan…" atau "Seandainya saya tidak berkata …," dan sebagainya. 

Kesalahan, kekurangan, atau peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak menguntungkan, pada hakikatnya di dalamnya terdapat rahmat dan masing-masing merupakan ujian. Allah memberikan pelajaran penting dan mengingatkan manusia tentang tujuan penciptaan pada setiap orang. Bagi orang-orang yang dapat melihat dengan hati nuraninya, tidak ada kesalahan atau penderitaan, yang ada adalah pelajaran, peringatan, dan hikmah dari Allah. 

Misalnya, seorang Muslim yang tokonya terbakar akan melakukan mawas diri, bahkan keimanannya menjadi lebih ikhlas dan lebih lurus, ia menganggap peristiwa itu sebagai peringatan dari Allah agar tidak terlalu sibuk dan terpikat dengan harta dunia.

Hasilnya, apa pun yang dihadapinya dalam kehidupannya, penderitaan itu pada akhirnya akan berakhir sama sekali. Seseorang yang mengenang penderitaannya akan merasa takjub bahwa penderitaan itu tidak lebih dari sekadar kenangan dalam pikiran, bagaikan orang yang mengingat kembali adegan dalam film. 

Oleh karena itu, akan datang suatu saat ketika pengalaman yang sangat pedih akan tinggal menjadi kenangan, bagaikan bayangan adegan dalam film. Hanya ada satu yang masih ada: bagaimanakah sikap seseorang ketika menghadapi kesulitan, dan apakah Allah ridha kepadanya atau tidak. 


Seseorang tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang telah ia alami, tetapi yang dimintai tanggung jawab adalah sikapnya, pikirannya, dan keikhlasannya terhadap apa yang ia alami. Dengan demikian, berusaha untuk melihat kebaikan dan hikmah Ilahi terhadap apa yang diciptakan Allah dalam situasi yang dihadapi seseorang, dan bersikap positif akan mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat. 

Tidak duka cita dan ketakutan yang menghinggapi orang-orang yang beriman yang memahami rahasia ini. Demikian pula, tidak ada manusia dan tidak ada peristiwa yang menjadikan rasa takut atau menderita di dunia ini dan di akhirat kelak. Allah menjelaskan rahasia ini dalam al-Qur'an sebagai berikut:

"Kami berfirman, 'Turunlah kamu dari surga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka tidak bersedih hati'." (Q.s. al-Baqarah: 38).

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Q.s. Yunus: 62-4).